Tuesday, December 22, 2009
Kantin Kejujuran: Refleksi Tabiat Murid
Posted on 5:31 AM by Alvin Noor
“Penjaga kantinnya mana nih??”
Bagi orang yang baru pertama ke kantin SMAN 1 Jepara, pasti menanyakan hal yang sama. Meskipun lagi banyak pembeli, tetap saja penjaganya tidak muncul. Bukannya si penjaga sedang sakit atau tidak berangkat kerja. Tapi kantin ini memang tidak ada penjaganya.
Ya, sejak 11 November 2009 lalu, SMAN 1 Jepara meluncurkan kantin yang berlabel Café Kejujuran. Kantin yang kesehariannya dijalankan OSIS ini merupakan program dari Kejaksaan Tinggi Negeri Jepara untuk sekolah RSBI. Program ini sejalan dengan Pasal 30/UU Nomor 16 Tahun 2004 tentang strategi Kejaksaan Agung untuk memberantas korupsi dengan cara preventif, represif dan edukatif. Hanya kejujuran si pembelilah yang memegang peran dalam kegiatan operasional kantin tersebut sehari-hari. Rugi? Tentu saja tidak, selama kejujuran dapat ditegakkan oleh pembeli.
Dengan modal yang diperoleh dari Kejaksaan Tinggi Negeri Jepara senilai Rp 7 Juta, kantin ini menunjukkan hasil yang cukup menggembirakan.
“Kadang untung, kadang juga rugi," papar Dani Steviro, Ketua OSIS SMAN 1 Jepara. "Apalagi waktu minggu pertama, kantin mengalami kerugian yang cukup besar. Namun untuk Desember ini termasuk untung. Setiap minggu, kami laporkan keuntungan dan kerugian kepada Kepala Sekolah," lanjutnya.
Untuk diketahui, cara bertransaksi di kantin ini cukup mudah:
1. Pilih saja makanan atau minuman sesuai selera.
2. Masukkan uang ke dalam kotak sesuai harga yang tertera dalam daftar harga.
3. Catat transaksi di buku yang telah disediakan.
Konsep yang sangat sederhana, tidak berarti mudah pelaksanaannya. Bukan berarti kantin ini otomatis menjadi favorit murid-murid SMAN 1 Jepara. Ada saja kendala yang dihadapi. Terutama saat harus membayar dengan uang pas dan tidak ada kembaliannya.
Yani (17) siswa kelas XII IPA 5, mengaku kesulitan mendapat uang kembalian. Biasanya dia membeli jajan lain agar uangnya menjadi pas.
Selain itu keharusan siswa untuk menulis transaksi di buku catatan membuat murid enggan jajan di Kantin Kejujuran itu.
“Males banget mau jajan aja harus nulis-nulis kayak gitu. Ribet. Antri juga sama yang laen. Sejak berdiri sampe sekarang, aku belum pernah jajan di sana,” ujar Inggrid (17) , siswi kelas XII IPA 1.
Meskipun demikian, kantin ini dapat merefleksikan tabiat para murid yang ada di sekolah itu. Jika kantin tidak bertahan lama dan bangkrut, berarti para siswa di sekolah itu banyak yang tidak jujur. Sebaliknya, kantin akan semakin maju jika semua murid menjunjung tinggi asas kejujuran dalam kesehariannya.
Bagi orang yang baru pertama ke kantin SMAN 1 Jepara, pasti menanyakan hal yang sama. Meskipun lagi banyak pembeli, tetap saja penjaganya tidak muncul. Bukannya si penjaga sedang sakit atau tidak berangkat kerja. Tapi kantin ini memang tidak ada penjaganya.
Ya, sejak 11 November 2009 lalu, SMAN 1 Jepara meluncurkan kantin yang berlabel Café Kejujuran. Kantin yang kesehariannya dijalankan OSIS ini merupakan program dari Kejaksaan Tinggi Negeri Jepara untuk sekolah RSBI. Program ini sejalan dengan Pasal 30/UU Nomor 16 Tahun 2004 tentang strategi Kejaksaan Agung untuk memberantas korupsi dengan cara preventif, represif dan edukatif. Hanya kejujuran si pembelilah yang memegang peran dalam kegiatan operasional kantin tersebut sehari-hari. Rugi? Tentu saja tidak, selama kejujuran dapat ditegakkan oleh pembeli.
Dengan modal yang diperoleh dari Kejaksaan Tinggi Negeri Jepara senilai Rp 7 Juta, kantin ini menunjukkan hasil yang cukup menggembirakan.
“Kadang untung, kadang juga rugi," papar Dani Steviro, Ketua OSIS SMAN 1 Jepara. "Apalagi waktu minggu pertama, kantin mengalami kerugian yang cukup besar. Namun untuk Desember ini termasuk untung. Setiap minggu, kami laporkan keuntungan dan kerugian kepada Kepala Sekolah," lanjutnya.
Untuk diketahui, cara bertransaksi di kantin ini cukup mudah:
1. Pilih saja makanan atau minuman sesuai selera.
2. Masukkan uang ke dalam kotak sesuai harga yang tertera dalam daftar harga.
3. Catat transaksi di buku yang telah disediakan.
Konsep yang sangat sederhana, tidak berarti mudah pelaksanaannya. Bukan berarti kantin ini otomatis menjadi favorit murid-murid SMAN 1 Jepara. Ada saja kendala yang dihadapi. Terutama saat harus membayar dengan uang pas dan tidak ada kembaliannya.
Yani (17) siswa kelas XII IPA 5, mengaku kesulitan mendapat uang kembalian. Biasanya dia membeli jajan lain agar uangnya menjadi pas.
Selain itu keharusan siswa untuk menulis transaksi di buku catatan membuat murid enggan jajan di Kantin Kejujuran itu.
“Males banget mau jajan aja harus nulis-nulis kayak gitu. Ribet. Antri juga sama yang laen. Sejak berdiri sampe sekarang, aku belum pernah jajan di sana,” ujar Inggrid (17) , siswi kelas XII IPA 1.
Meskipun demikian, kantin ini dapat merefleksikan tabiat para murid yang ada di sekolah itu. Jika kantin tidak bertahan lama dan bangkrut, berarti para siswa di sekolah itu banyak yang tidak jujur. Sebaliknya, kantin akan semakin maju jika semua murid menjunjung tinggi asas kejujuran dalam kesehariannya.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No Response to "Kantin Kejujuran: Refleksi Tabiat Murid"
Leave A Reply
tulis komentar kamu di sini...